ASUHAN KEPERAWATAN PADA TIROIDITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus
yang terletak di sebelah kanan trakea, diikat bersama oleh jaringan tiroid dan
yang melintasi trakea disebelah depan. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang
terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding laring. Atas
pengaruh hormone yang di hasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormone tiroksin. Adapun fungsi dari
hormone tiroksin adalah mengatur pertukaran zat/metabolism dalam tubuh dan
mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani. Struktur kelenjar tiroid terdiri atas
sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitalium silinder, disatukan
oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat
yaitu koloid tiroid yang mengandung zat
senyawa yodium dan dinamakan hormone tiroksin. Skret ini mengisi vesikel dan
dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limfe.
Hipofungsi
kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit
miksedema.Hiperfungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit eksoftalmik
goiter.Sekresi tiroid di atur oleh sebuah hormone dari lobus anterior kelenjar
hipofisis yaitu oleh hormone tirotropik.(Syarifudin. 2006).Fungsi kelenjar
tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia
dan jaringan. Adapun fungsi dari kelenjar tiroid, sebagai berikut:
1.
Bekerja sebagai
perangsang proses oksidasi
2.
Mengatur penggunaan
oksidasi
3.
Mengatur penggunaan
karbon dioksida
4.
Metabolic dalam hati
pengaturan susunan kimia dalam jaringa
5.
Mempengaruhi
perkembangan fisik dan mental pada anak
Kelenjar ini mengahasilkan hormone
tiroksin yang memegang peranan penting dalam mengatur metabolism yang
dihasilkannya, merangsang laju sel-sel dalam tubuh melakukan oksidasi terhadap
bahan makanan, memegang peranan penting dalam pengawasan metabolism secara
keseluruhan.Hormone tiroid memerlukan bantuan
hormone
TSH (thyroid stimulating hormone) untuk endositosis koloid oleh mikrovili,
enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan hormone T3 (triiodotironin) dan T4
(tetraiodotironin) dari triglobulin untuk melepaskan T3 dan T4.
Di atas telah dijelaskan tentang
kelenjar tiroid dan beberapa gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid. Dan
pada makalah ini akan membahas gangguan system endokrin yang berhubungan dengan
kelenjar tiroid yaitu “Tiroiditis dan Tumor Tiroid
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana definisi dari
Tiroiditis ?
2.
Bagaimana klasifikasi
dari Tiroiditis ?
3.
Bagaimana etiologi dari
Tiroiditis ?
4.
Bagaimana manifestasi
klinis dari Tiroiditis ?
5.
Bagaimana patofisiologi
dari Tiroiditis ?
6.
Bagaimana komplikasi
dari Tiroiditis ?
7.
Bagaimana
penatalaksanaan dari Tiroiditis ?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui definisi Tiroiditis
2. Untuk
mengetahui klasifikasi Tiroiditis
3. Untuk
mengetahui etiologi Tiroiditis
4. Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari Tiroiditis
5. Untuk
mengetahui patofisiologi dari Tiroiditis
6. Untuk
mengetahui komplikasi Tiroiditis
7. Untuk
mengetahui penatalaksanaan Tiroiditis
BAB
II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher
bagian depan, tepat di bawah kartilag krikoid, disamping kiri dan kanan
trakhea. Pada orang dewasa beratnya kurang lebih 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus
yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus
kelenjar ini mempunyai ketebalan kurang lebih 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya
4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat
folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi
koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah
dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea
superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea
inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar
tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari
ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.
Kelenjar
tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi
ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan
dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang
dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel
folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian
mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT).
Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk
Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin
atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat
dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon
T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding
Iodine).
B. Fungsi hormon-hormon
tiroid antara adalah
1.
Mengatur laju
metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena
peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk
otak, lien, paru-paru dan testis
2.
Kedua hormon ini tidak
berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3
lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding
dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3
setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
3.
Memegang peranan
penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
4.
Mempertahankan sekresi
GH dan gonadotropin
5.
Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung
yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
6.
Merangsang pembentukan
sel darah merah
7.
Mempengaruhi kekuatan
dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme.
8.
Bereaksi sebagai
antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan
fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi
kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah
kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran
tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang
pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi
gastrin di lambung
C. DEFINISI
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar
tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut, atau kronis.Masing-masing tipe
tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi limfositik pada
kelenjar tiroid. (Smeltzer, Suzanne C. 2011)
Tioriditis adalah peradangan pada
kelenjar tiroid, yang secara lambat mengalami pembesaran pada kelenjar
tiroid.Istilah umum ini digunakan pada kelainan-kelainan yang ditandai jelas
dengan infiltrasi leukosit, fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar tiroid.
Tiroiditis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu akut, sub akut, dan menahun:
limfositik (hashimoto), nonspesifik, fibrous-invasive (riedel). Pada penyakit
tiroiditis ini banyak menyerang wanita yang berumur antara 32-50
tahun.Inflamasi tiroiditis terjadi 2-4 minggu sudah infeksi traktus
respiratorius bagian atas.
Tiroiditis adalah peradangan pada
kelenjar tiroid.Tiroiditis bisa terjadi akut, subakut, dan kronis.Yang paling
sering ditemukan adalah tiroiditis kronis yang juga disebut tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, limfosit dan antibody antitiroid
menginfiltrasi atau memasuki kelenjar tiroid.Tiroiditis Hashimoto juga
dikatakan sebagai gangguan autoimun.Mekanisme gangguan autoimun belum jelas.
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali
diikuti oleh hipotiroidisme
sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid. Keadaan ini bisa bersifat akut,
sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi,
fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.
Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid)
ada dalam tiga kondisi dasar : supuratif akut, tiroiditis subakut, (
granulomatosa [tiroiditis sakit] atau limpositik [tanpa gejala atau tiroiditis
tanpa sakit]). Atau tiroiditis kronis (penyakit hashimoto) (black)
D. KLASIFIKASI
1.
Tiroiditis supuratif
akut merupakan inflamasi yang tidak lazim yang biasanya disebabkan oleh invasi
bakteri dalam bentuk abses pada kelenjar tiroid. Streptococcus pyogenes,
staphylococcus aureus, dan pneumococcus pnemoniae adalah penyebab utama kondisi
tersebut. Umumnya terjadi pada usia 20-40 tahun, tetapi dapat terjadi juga pada
anak –anak dan orang tua. Kebanyakan klien memiliki kondisi yang sebelumnya
sudah ada.
2.
Tiroiditis
granulomatosa subakut termasuk dalam penyakit inflamasi self limiting disease
(bisa sembuh sendiri). Tidak ada agen penyebab yang telah diidentifikasi,
meskipun awalnya adalah infeksi virus yang umum mengikuti infeksi saluran
napas. Abnormalitas autoimun bisa menjelaskan.terdapat predisposisi genetic
untuk perkembangan granulomatosa subakut dan tiroiditis limpositik. Dari semua
kasus tiroiditis granulomatosa subakut, 80%nya adalah perempuan dengan usia
40-50 tahun.
3.
Tiroiditis kronis
(penyakit hashimoto) adalah bentuk paling umum dari tiroiditis. Penyakit ini
lbih banyak ditemu pada perempuan dari pada laki-laki dan biasanya terjadi pada
usia 20-50 tahun. Penyakit hashimoto adalah
penyakit inflamasi jangka panjang. Terjadi akibat adanya destruksi
autoimun kelenjar tiroid. Predisposisi genetic dicurigai juga sebgai alah satu
penyebabnya.
E. ETIOLOGI
Etiologi
dari tiroiditis dibagi berdasarkan klasifikasi:
1.
Tiroiditis akut supuratif
Kuman penyebab biasanya
stafhylococcus aureus, stafhylocaccus hemolyticus dan pneumococcus. Infeksi
dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan
sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung dan duktuk tiroglosus yang
persisten, kelainan yang terjadi dapat disertai terbentuknya abses atau tanpa
abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat pecah ke trakea
dan esophagus.
2.
Tiroiditis subakut
Yang jelas sampai
sekarang tidak diketahui, pada umumnya diduga oleh virus. Pada beberapa kasus
dijumpai antibody autoimun.
3.
Tiroiditis hashimoto
Untuk alasan yang tidak
diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi autoimun, membentuk
antibodi yang menyerang
kelenjar tiroid.Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa
terjadi pada orang-orang yang memiliki kelainan kromosom tertentu, seperti sindroma Turner, sindroma Down
dan sindroma Kleinefelter, dan juga
dicurigai faktor genetic sebagai penyebabnya.dan Tiroiditis limfosotik Penyebabnya tidak diketahui. Terjadi
penyusupan limfosit (sejenis
sel darah putih) ke dalam kelenjar tiroid.
F. MANIFESTASI KLINIS
1.
Tanda dan gejala
khusus:
a.
Tiroiditis akut :
terjadi onset yang mendadak pada unilateral leher bagian depan dengan
kemungkinan menjalar ketelinga dan mandibula sebagai efek samping, terjadi
demam, daforesis, dan manifestasi lain akibat toksisitas bakteri mungkin bisa
muncul.
b.
Iroiditis subakut
biasanya menunjukkan rasa sakit, sedangkan tiroiditis limfositik subakut tidak
menunjukkan rasa sakit. Pengkajian data klinis termasuk karakteristik anterior
leher sakit leher unilateral tiba-tiba, terjadi setelah infeksi saluran napas
atau virus. Penjalaran ke leher ipsilateral kadang terjadi. Manifestasi akibat
virus seperti mialgia,demam ringan , lesu, sakit tenggorokan mungkin bisa
terjadi. Sekitar 50% penderita akan mengalami tirotoksikosis.
c.
Tiroiditis limfositik
subakut ditandai dengan kejadian hipertiroidisme yang jarang, dan goiter tanpa
rasa sakit. Goiter terlihat tegas, tersebar dan pembesaran ringan.
d.
Manifestasi tiroiditis
kronis adlah tidak nyeri, pembesaran tidak simetris kelenjar, yang menyebabkan
pendesakkan struktur sekitar sehingga dapat berakibat disfagia dan tekanan
respirasi. Kebanyakan klien adalah eutiroid, sekitar 20% hipotiroid dan kurang
dari 5% adalah hipertiroid.
2.
Tanda dan gejala umum
yaitu :
a.
Penurunan atau kenaikan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
b.
Nyeri otot atau rasa
lesu dan lemah.
c.
Depresi, gelisah atau
cemas.
d.
Kelelahan atau sulit
tidur.
e.
Detak jantung cepat.
f.
Sering buang air besar
g.
Keringat bertambah
h.
Periode menstruasi
tidak teratur(pada wanita)
i.
Iritabilitas
j.
Kram otot
G. PATOFISIOLOGI
Tiroiditis akut dalah bentuk dari
infeksi dan inflamasi akut.Biasanya salah satu lobus terkena dan yang lainnya
tidak terkena.Destruksi folikuler, infiltrasi sel, dan deflesi koloid terjadi
pada kondisi ini. Umumnya mikroabses akan terjadi.
Tiroiditis
subakut terbagi atas tiga fase:
1.
Konpdisi sakit dimulai pada
waktu 3-4 minggu virus prodormal. Demam dn rasa tidak enak badan mengwali
pembesaran kelenjar.pembesaran kelenjarv bisa mencapai dua atau tiga kali dari
normal. Hpotiroidisme ringan dapat terjadi karena pelepasan tiba – tiba dari
hormone tiroid dalam darah akibat inflamasi dan destruksi kelenjar.
2.
Hipotiroidisme ringan
terjadi akibat penyembuhan yang tidak selesai dari cedera kelenjar dan
keletihan dalam menyimpan hormone tiroid. Relaps mungkin bisa terjadi kondisi
hipotiroidisme jarang yang permanen.
3.
Fase penyembuhan
terjadi pada 2-4 bulan seteah onset skit.
Penyakit
hashimoto dimanifestasikan dalam pembesaran kelenjar yang mungkin
mengakibatkan
manifestassi hipotiroid jika kelenjar dirusak oleh system autoimun.
Kondisi
eutiroid dapat terjadi jika kelenjar tidak mengalami perusakan.
H. PATHWAY
I.
PENATALAKSANAAN
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada
keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik
maka pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.Pemeriksaan TSH
merupakan suatu tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya
ditemukan kadar TSH meningkat, sedangkan
kadar T4 total atau T4 bebas rendah. Sedangkan kadar serum total T3 dan
T3 bebas tidak akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena
terjadinya peningkatan konsentrasi serum thyrotropin menstimulasi thyroid untuk
melepaskan T3. Pada saat total T4 lebih banyak ditemukan daripada T4 bebas, T3
resin uptake dapat membantu untuk mengkoreksi kadar protein binding antara T4
total dan T3, terutama bila ada kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum
TSH dan T4 kadarnya rendah hal ini memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme,
begitu pula bila kadar T3 lebih rendah dibawah kadar normal maka gejala-gejala
dan tanda-tanda hypothyroidisme akan muncul. Ditemukannya autoantibodi thyroid
yaitu anti–TPO dan antibodi anti-Tg memperkuat adanya penyakit thyroiditis
Hashimoto.
2.
Pemeriksaan Radiologi
dan USG
Pemeriksaan
USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis Hashimoto,
tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan
untuk mengevaluasi bentuk dari nodul jika ada.Alat USG digunakan untuk
menentukan nodul itu kistik atau solid dan mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan
Fine-needle aspiration dari nodul berukuran kecil pada saat ada indikasi dan
penderita dalam keadaan bentuk anatomi leher yang berubah.Diagnosa pasti untuk
menentukan jinak dan ganasnya lesi daripada thyroid hanya dapat dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan sitologi atau histologi dari jaringan thyroid.
Iodium
uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi diagnosa thyroiditis
Hashimoto (biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada pasien
thyroiditis Hashimoto dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek
dari peningkatan kadar TSH). Pemeriksaan T4 dan T3 berguna untuk membedakan
antara thyroiditis hashimoto dan penyakit Grave jika ada hipertiroidisme
sekunder. Pada pasien dengan nodul yang jelas uptake iodium dan scan mungkin
berguna untuk mengklasifikasi nodul tersebut nodul panas atau dingin, tetapi
kadar TSH biasanya adekuat untuk mengetahui status fungsional dari thyroid.
3.
Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan
dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum dilakukan ketika dijumpai adanya
nodul-nodul yang berkembang/membesar dengan cepat atau ketika ukuran dari
thyroid meningkat dengan cepat untuk menentukan keganasan atau adanya tyroid
lymphoma hashimoto merupakan diagnosa histologi.Biasanya tampak kelenjar
thyroid memperlihatkan adanya infiltrasi limfosit yang difuse dan infiltrasi
sel plasma dengan bentuk folikel limfoid berasal dari hiperplasia folikular dan
kerusakan hingga dasar membran dari folikel.Adanya suatu atrofi dari parenkim
merupakan suatu bukti.Hubungan antara adanya autoantibodi thyroid yang
dinamakan anti-TPO dan anti-Tg sangant membantu dalam menentukan diagnosa.
Pemeriksaan penunjang yang tidak perlu dilakukan secara rutin dalam menegakkan
diagnosa dan untuk mengevaluasi keadaan pasien yaitu:
a.
CBC count
b.
Pemeriksaan profil
lipid total dan fraksi lipid
c.
Panel metabolisme basal
d.
Kreatin kinase
e.
Prolaktin
f.
Rontgent dada
g.
ECG
J. Penatalaksanaan Medis
Jika penyakit hashimoto dengan goiter
tiroid, atau menyebabkan hormon tiroid, penderita memerlukan penggantian hormon
tiroid yang bertujuanmengatasi desfisiensi tiroid serta mengecilkan ukuran
nodul goiter.Pengobatan dengan penggunaan sehari-hari dari hormon sintesis
seperti levotiroksin (levothroid, syhintroid).Levotiroksin sintesis identik
dengan tiroksi, versi alamiah hormon tiroid ini dibuat oleh kelenjar
tiroid.Kadang tidak diperlukan pengobatan karena strumanya kecil dan
asimtomatik.Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkin diperlukan tindakan
pengangkatan, sebaiknya operasi ini di tunda karena kelenjar tiroid tersebut
dapat mengecil dengan sejalannya waktu.Pemberian tiroksin dapat memepercepat
hal tersebut.Disamping itu juga tiroksin dapat diberikan pada keadaan
hipotiroidisme.
Pada pasien usia tua, dosis yang dimulai
dengan yang rendah dan ditingkatkan secara bertahap. Aksi hormon sangat lambat
pada tubuh, sehingga pengobatan diperlukan waktu beberapa bulansambil melihat
perkembangan gejalaatau ukuran goiter.Karena secara umum gejala hipotiroid pada
penyakit tiroid ini bersifat menetap, maka kadang dibutuhkan pengobatan seumur
hidup dengan dosisyang disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai keadaan
individual pasien.
Dosis yang tidak adekuat akan
mengakibatkan bertambah besarnya goiter, dan gejala hipotiroid terus menerus.
Kondisi ini dihubungkan juga dengan peningkatan kolestrol serum, peningkatan
resikoatherosklerosis dan penyakit jantung.Sedangkan apabila dosis berlebihan,
dapat menimbulkan gejala hipertiroid yang dapat mengakibatkan kerja jantung
yang berlebihan dan meningkatkan resiko osteoporosis.
Bila terjadi hipertiroidisme dapat
diberikan obat anti-tiroid.Pemberian gulkokortikoiddapat menyebabkan
regresistruma dan mengurangititer antibodi.Tetapi mengingat efek samping dan
kenyataan bahwa aktivitas penyakitdapat kambuh kembali sesudah pengobatan
dihentikan, maka pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada keadaan
biasa.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Data Biografi
a. Identitas
klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan, penting untuk
mengetahui adanya faktor resiko terhadap timbulnya serangan.
b. Identitas
penanggung jawab: nama, umur jenis, jenis kelamin, alamat,hubungan dengan
klien.
2.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan
Utama
Untuk mengutarakan
masalah dan keluhan secara lengkap dianjurkan menggunakan analisa simptoma
PQRST.
P : Provokatif atau
variatif
Apakah
yang menyebabkan gejala?Apa saja yang dapat mengurangi atau yang dapat
memperberatnya?
Q:
Quality atau kualitas
Bagaimana
gejala dirasakan?
R
: Regional atau area radiasi
Dimana
gejala terasa?Apakah menyebar?
S
: Skala nyeri
Seberapakah
nyeri yang dirasakan dengan skala1-5?
T
: Time atau waktu
Kapan
gejala mulai timbul?
b.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Riwayat
dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan gejala yang berkaitan dengan
percepatan metabolisme.Hal ini mencakup keluhan keluarga dan pasien tentang
kepekaan dan peningkatan reaksi emosional.Penting juga untuk menentukan dampak
dari perubahan ini yang telah dialami dalam interaksi pasien dengan kelaurga,
teman, dan rekan kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan kemampuan pasien
untuk menghadapi stres.
Status
nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan dengan output
sistem saraf berlebihan dan perubahan
penglihatan dan penampilan mata.Oleh karena kemungkinan adanya perubahan emosi
yang berkaitan dengan hipertiroid, status emosi dan psikologi pasien
dievaluasi.Keluarga pasien mungkin memberikan informasi tentang perubahan
terakhir dalam status emosi pasien.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian
penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang.
d.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Data
riwayat keluarga dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan apakah ada anggota
pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh pasien, atau penyakit
kronis maupun penyakit keturunan
3.
Dasar Data Pengkajian
a.
Aktifitas / istirahat
Gejala:
insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda:
atrofi otot.
b.
Sirkulasi
Gejala:
palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda:disritma
(vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan
tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok
(krisis tiroksikosisi).
c.
Eliminasi
Gejala
: urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d.
Integritas ego
Gejala:
mengalami stres yang berat (emosional, fisik).
Tanda:
emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
e.
Makanan dan cairan
Gejala:
kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak, makannya
sering kehausan, mual, muntah.
Tanda:
pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f.
Neurosensory
Tanda:
bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g.
Nyeri/kenyamanan
Gejala:
nyeri orbital, fotofobia.
h.
Pernapasan
Tanda:
frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
i.
Keamanan
Gejala:
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda:
suhu meningkat di atas 37,4ÂșC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus:
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
j.
Seksualitas
Tanda:
penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
1.
|
Nyeri Akut
berhubungan dengan proses inflamasi
|
2.
|
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
|
3.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit
|
C. INTERVENSI
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil (NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4
sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-
Mengenali
faktor penyebab.
-
Mengenali
serangan nyeri
-
Tindakan
pertolongan nonAnalgeki
-
Mengenali
gejala nyeri
-
Melaporkan
kontrol nyeri
a.
Skala
b.
Ekstream
c.
Berat
d.
Sedang
e.
Ringan
f.
Tidak Ada
|
-
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
-
Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi /
latihan nafas dalam.
-
Berikan
analgesik yang sesuai.
-
Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
-
Anjurkan
pasien untuk istirahat.
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment
selama 2 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah
dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau
turun.
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dalam rentang normal
-
Suhu kulit dalam batas normal
-
Nadi dan pernafasan dalam batas normal
-
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
|
-
Monitor suhu sesering mungkin
-
Monitor warna, dan suhu kulit
-
Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
-
Monitor intake dan outputBerikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen
nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi sehingga
ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi
Kriteria hasil :
-
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
-
BB ideal sesuai tinggi badan
-
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
|
-
Berikan makanan yang terpilih
-
Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
-
Berikan makanan sedikit tapi sering
-
Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
|
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tiroiditis
adalah suatu peradangan pada kelenjar
tiroid, menyebabkan hipertiroidisme
sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme
sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid. Keadaan ini bisa bersifat akut,
sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi,
fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.
B. SARAN
Semoga
materi yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga dapat
membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk
menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Burnner and Sudarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC : Jakarta
FKUI, 1996, Jakarta, 1996
Gibson, John, 2002, Fisiologi dan Anatomi Untuk Perawat, Edisi 2, EGC : Jakarta.
Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, 1995
Wilson, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, EGC : Jakarta.