Kamis, 04 Juni 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TIROIDITIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang terletak di sebelah kanan trakea, diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea disebelah depan. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding laring. Atas pengaruh hormone yang di hasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormone tiroksin. Adapun fungsi dari hormone tiroksin adalah mengatur pertukaran zat/metabolism dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani. Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitalium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu  koloid tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormone tiroksin. Skret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limfe.
Hipofungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema.Hiperfungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit eksoftalmik goiter.Sekresi tiroid di atur oleh sebuah hormone dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu oleh hormone tirotropik.(Syarifudin. 2006).Fungsi kelenjar tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dan jaringan. Adapun fungsi dari kelenjar tiroid, sebagai berikut:
1.      Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2.      Mengatur penggunaan oksidasi
3.      Mengatur penggunaan karbon dioksida
4.      Metabolic dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringa
5.      Mempengaruhi perkembangan fisik dan mental pada anak
Kelenjar ini mengahasilkan hormone tiroksin yang memegang peranan penting dalam mengatur metabolism yang dihasilkannya, merangsang laju sel-sel dalam tubuh melakukan oksidasi terhadap bahan makanan, memegang peranan penting dalam pengawasan metabolism secara keseluruhan.Hormone tiroid memerlukan bantuan



hormone TSH (thyroid stimulating hormone) untuk endositosis koloid oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan hormone T3 (triiodotironin) dan T4 (tetraiodotironin) dari triglobulin untuk melepaskan T3 dan T4.
Di atas telah dijelaskan tentang kelenjar tiroid dan beberapa gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid. Dan pada makalah ini akan membahas gangguan system endokrin yang berhubungan dengan kelenjar tiroid yaitu “Tiroiditis dan Tumor Tiroid

B.   RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana definisi dari Tiroiditis ?
2.         Bagaimana klasifikasi dari Tiroiditis ?
3.         Bagaimana etiologi dari Tiroiditis ?
4.         Bagaimana manifestasi klinis dari Tiroiditis ?
5.         Bagaimana patofisiologi dari Tiroiditis ?
6.         Bagaimana komplikasi dari Tiroiditis ?
7.         Bagaimana penatalaksanaan dari Tiroiditis ?

C.   TUJUAN
1.    Untuk mengetahui definisi Tiroiditis
2.    Untuk mengetahui klasifikasi Tiroiditis
3.    Untuk mengetahui etiologi Tiroiditis
4.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Tiroiditis
5.    Untuk mengetahui patofisiologi dari Tiroiditis
6.    Untuk mengetahui komplikasi Tiroiditis
7.    Untuk mengetahui penatalaksanaan Tiroiditis



BAB II
PEMBAHASAN
A.     ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilag krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya  kurang lebih 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan kurang lebih 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).
B.   Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah
1.      Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis
2.      Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
3.      Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
4.      Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
5.       Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
6.      Merangsang pembentukan sel darah merah
7.      Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
8.      Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung



C.     DEFINISI
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut, atau kronis.Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi limfositik pada kelenjar tiroid. (Smeltzer, Suzanne C. 2011)
Tioriditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara lambat mengalami pembesaran pada kelenjar tiroid.Istilah umum ini digunakan pada kelainan-kelainan yang ditandai jelas dengan infiltrasi leukosit, fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar tiroid. Tiroiditis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu akut, sub akut, dan menahun: limfositik (hashimoto), nonspesifik, fibrous-invasive (riedel). Pada penyakit tiroiditis ini banyak menyerang wanita yang berumur antara 32-50 tahun.Inflamasi tiroiditis terjadi 2-4 minggu sudah infeksi traktus respiratorius bagian atas.
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid.Tiroiditis bisa terjadi akut, subakut, dan kronis.Yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis kronis yang juga disebut tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, limfosit dan antibody antitiroid menginfiltrasi atau memasuki kelenjar tiroid.Tiroiditis Hashimoto juga dikatakan sebagai gangguan autoimun.Mekanisme gangguan autoimun belum jelas.
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid. Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid. Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.
Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid) ada dalam tiga kondisi dasar : supuratif akut, tiroiditis subakut, ( granulomatosa [tiroiditis sakit] atau limpositik [tanpa gejala atau tiroiditis tanpa sakit]). Atau tiroiditis kronis (penyakit hashimoto) (black)







D.   KLASIFIKASI

1.      Tiroiditis supuratif akut merupakan inflamasi yang tidak lazim yang biasanya disebabkan oleh invasi bakteri dalam bentuk abses pada kelenjar tiroid. Streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus, dan pneumococcus pnemoniae adalah penyebab utama kondisi tersebut. Umumnya terjadi pada usia 20-40 tahun, tetapi dapat terjadi juga pada anak –anak dan orang tua. Kebanyakan klien memiliki kondisi yang sebelumnya sudah ada.
2.      Tiroiditis granulomatosa subakut termasuk dalam penyakit inflamasi self limiting disease (bisa sembuh sendiri). Tidak ada agen penyebab yang telah diidentifikasi, meskipun awalnya adalah infeksi virus yang umum mengikuti infeksi saluran napas. Abnormalitas autoimun bisa menjelaskan.terdapat predisposisi genetic untuk perkembangan granulomatosa subakut dan tiroiditis limpositik. Dari semua kasus tiroiditis granulomatosa subakut, 80%nya adalah perempuan dengan usia 40-50 tahun.
3.      Tiroiditis kronis (penyakit hashimoto) adalah bentuk paling umum dari tiroiditis. Penyakit ini lbih banyak ditemu pada perempuan dari pada laki-laki dan biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun. Penyakit hashimoto adalah  penyakit inflamasi jangka panjang. Terjadi akibat adanya destruksi autoimun kelenjar tiroid. Predisposisi genetic dicurigai juga sebgai alah satu penyebabnya.

E.   ETIOLOGI
Etiologi dari tiroiditis dibagi berdasarkan klasifikasi:
1.      Tiroiditis akut supuratif
Kuman penyebab biasanya stafhylococcus aureus, stafhylocaccus hemolyticus dan pneumococcus. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung dan duktuk tiroglosus yang persisten, kelainan yang terjadi dapat disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat pecah ke trakea dan esophagus.

2.      Tiroiditis subakut
Yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, pada umumnya diduga oleh virus. Pada beberapa kasus dijumpai antibody autoimun.
3.      Tiroiditis hashimoto
Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid.Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa terjadi pada orang-orang yang memiliki kelainan kromosom tertentu, seperti sindroma Turner, sindroma Down dan sindroma Kleinefelter, dan juga dicurigai faktor genetic sebagai penyebabnya.dan Tiroiditis limfosotik Penyebabnya tidak diketahui. Terjadi penyusupan limfosit (sejenis sel darah putih) ke dalam kelenjar tiroid.

F.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Tanda dan gejala khusus:
a.       Tiroiditis akut : terjadi onset yang mendadak pada unilateral leher bagian depan dengan kemungkinan menjalar ketelinga dan mandibula sebagai efek samping, terjadi demam, daforesis, dan manifestasi lain akibat toksisitas bakteri mungkin bisa muncul.
b.      Iroiditis subakut biasanya menunjukkan rasa sakit, sedangkan tiroiditis limfositik subakut tidak menunjukkan rasa sakit. Pengkajian data klinis termasuk karakteristik anterior leher sakit leher unilateral tiba-tiba, terjadi setelah infeksi saluran napas atau virus. Penjalaran ke leher ipsilateral kadang terjadi. Manifestasi akibat virus seperti mialgia,demam ringan , lesu, sakit tenggorokan mungkin bisa terjadi. Sekitar 50% penderita akan mengalami tirotoksikosis.
c.       Tiroiditis limfositik subakut ditandai dengan kejadian hipertiroidisme yang jarang, dan goiter tanpa rasa sakit. Goiter terlihat tegas, tersebar dan pembesaran ringan.
d.      Manifestasi tiroiditis kronis adlah tidak nyeri, pembesaran tidak simetris kelenjar, yang menyebabkan pendesakkan struktur sekitar sehingga dapat berakibat disfagia dan tekanan respirasi. Kebanyakan klien adalah eutiroid, sekitar 20% hipotiroid dan kurang dari 5% adalah hipertiroid.
2.      Tanda dan gejala umum yaitu :
a.       Penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
b.      Nyeri otot atau rasa lesu dan lemah.
c.       Depresi, gelisah atau cemas.
d.      Kelelahan atau sulit tidur.
e.       Detak jantung cepat.
f.       Sering buang air besar
g.      Keringat bertambah
h.      Periode menstruasi tidak teratur(pada wanita)
i.        Iritabilitas
j.        Kram otot

G.  PATOFISIOLOGI
Tiroiditis akut dalah bentuk dari infeksi dan inflamasi akut.Biasanya salah satu lobus terkena dan yang lainnya tidak terkena.Destruksi folikuler, infiltrasi sel, dan deflesi koloid terjadi pada kondisi ini. Umumnya mikroabses akan terjadi.
Tiroiditis subakut terbagi atas tiga fase:
1.      Konpdisi sakit dimulai pada waktu 3-4 minggu virus prodormal. Demam dn rasa tidak enak badan mengwali pembesaran kelenjar.pembesaran kelenjarv bisa mencapai dua atau tiga kali dari normal. Hpotiroidisme ringan dapat terjadi karena pelepasan tiba – tiba dari hormone tiroid dalam darah akibat inflamasi dan destruksi kelenjar.
2.      Hipotiroidisme ringan terjadi akibat penyembuhan yang tidak selesai dari cedera kelenjar dan keletihan dalam menyimpan hormone tiroid. Relaps mungkin bisa terjadi kondisi hipotiroidisme jarang yang permanen.
3.      Fase penyembuhan terjadi pada 2-4 bulan seteah onset skit.
Penyakit hashimoto dimanifestasikan dalam pembesaran kelenjar yang mungkin
mengakibatkan manifestassi hipotiroid jika kelenjar dirusak oleh system autoimun.
Kondisi eutiroid dapat terjadi jika kelenjar tidak mengalami perusakan.


H.  PATHWAY





I.      PENATALAKSANAAN
1.     Pemeriksaan  Laboratorium
Pada keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik maka pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.Pemeriksaan TSH merupakan suatu tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya ditemukan kadar TSH meningkat, sedangkan  kadar T4 total atau T4 bebas rendah. Sedangkan kadar serum total T3 dan T3 bebas tidak akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena terjadinya peningkatan konsentrasi serum thyrotropin menstimulasi thyroid untuk melepaskan T3. Pada saat total T4 lebih banyak ditemukan daripada T4 bebas, T3 resin uptake dapat membantu untuk mengkoreksi kadar protein binding antara T4 total dan T3, terutama bila ada kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum TSH dan T4 kadarnya rendah hal ini memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme, begitu pula bila kadar T3 lebih rendah dibawah kadar normal maka gejala-gejala dan tanda-tanda hypothyroidisme akan muncul. Ditemukannya autoantibodi thyroid yaitu anti–TPO dan antibodi anti-Tg memperkuat adanya penyakit thyroiditis Hashimoto.
2.      Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pemeriksaan USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis Hashimoto, tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan untuk mengevaluasi bentuk dari nodul jika ada.Alat USG digunakan untuk menentukan nodul itu kistik atau solid dan mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan Fine-needle aspiration dari nodul berukuran kecil pada saat ada indikasi dan penderita dalam keadaan bentuk anatomi leher yang berubah.Diagnosa pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya lesi daripada thyroid hanya dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan sitologi atau histologi dari jaringan thyroid.
Iodium uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi diagnosa thyroiditis Hashimoto (biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada pasien thyroiditis Hashimoto dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek dari peningkatan kadar TSH). Pemeriksaan T4 dan T3 berguna untuk membedakan antara thyroiditis hashimoto dan penyakit Grave jika ada hipertiroidisme sekunder. Pada pasien dengan nodul yang jelas uptake iodium dan scan mungkin berguna untuk mengklasifikasi nodul tersebut nodul panas atau dingin, tetapi kadar TSH biasanya adekuat untuk mengetahui status fungsional dari thyroid.
3.      Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum dilakukan ketika dijumpai adanya nodul-nodul yang berkembang/membesar dengan cepat atau ketika ukuran dari thyroid meningkat dengan cepat untuk menentukan keganasan atau adanya tyroid lymphoma hashimoto merupakan diagnosa histologi.Biasanya tampak kelenjar thyroid memperlihatkan adanya infiltrasi limfosit yang difuse dan infiltrasi sel plasma dengan bentuk folikel limfoid berasal dari hiperplasia folikular dan kerusakan hingga dasar membran dari folikel.Adanya suatu atrofi dari parenkim merupakan suatu bukti.Hubungan antara adanya autoantibodi thyroid yang dinamakan anti-TPO dan anti-Tg sangant membantu dalam menentukan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang tidak perlu dilakukan secara rutin dalam menegakkan diagnosa dan untuk mengevaluasi keadaan pasien yaitu:
a.       CBC count
b.      Pemeriksaan profil lipid total dan fraksi lipid
c.       Panel metabolisme basal
d.      Kreatin kinase
e.       Prolaktin
f.       Rontgent dada
g.      ECG

J.     Penatalaksanaan Medis
Jika penyakit hashimoto dengan goiter tiroid, atau menyebabkan hormon tiroid, penderita memerlukan penggantian hormon tiroid yang bertujuanmengatasi desfisiensi tiroid serta mengecilkan ukuran nodul goiter.Pengobatan dengan penggunaan sehari-hari dari hormon sintesis seperti levotiroksin (levothroid, syhintroid).Levotiroksin sintesis identik dengan tiroksi, versi alamiah hormon tiroid ini dibuat oleh kelenjar tiroid.Kadang tidak diperlukan pengobatan karena strumanya kecil dan asimtomatik.Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkin diperlukan tindakan pengangkatan, sebaiknya operasi ini di tunda karena kelenjar tiroid tersebut dapat mengecil dengan sejalannya waktu.Pemberian tiroksin dapat memepercepat hal tersebut.Disamping itu juga tiroksin dapat diberikan pada keadaan hipotiroidisme.
Pada pasien usia tua, dosis yang dimulai dengan yang rendah dan ditingkatkan secara bertahap. Aksi hormon sangat lambat pada tubuh, sehingga pengobatan diperlukan waktu beberapa bulansambil melihat perkembangan gejalaatau ukuran goiter.Karena secara umum gejala hipotiroid pada penyakit tiroid ini bersifat menetap, maka kadang dibutuhkan pengobatan seumur hidup dengan dosisyang disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai keadaan individual pasien.
Dosis yang tidak adekuat akan mengakibatkan bertambah besarnya goiter, dan gejala hipotiroid terus menerus. Kondisi ini dihubungkan juga dengan peningkatan kolestrol serum, peningkatan resikoatherosklerosis dan penyakit jantung.Sedangkan apabila dosis berlebihan, dapat menimbulkan gejala hipertiroid yang dapat mengakibatkan kerja jantung yang berlebihan dan meningkatkan resiko osteoporosis.
Bila terjadi hipertiroidisme dapat diberikan obat anti-tiroid.Pemberian gulkokortikoiddapat menyebabkan regresistruma dan mengurangititer antibodi.Tetapi mengingat efek samping dan kenyataan bahwa aktivitas penyakitdapat kambuh kembali sesudah pengobatan dihentikan, maka pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada keadaan biasa.









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN
1.     Data Biografi
a.       Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan, penting untuk mengetahui adanya faktor resiko terhadap timbulnya serangan.
b.      Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis, jenis kelamin, alamat,hubungan dengan klien.
2.     Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
Untuk mengutarakan masalah dan keluhan secara lengkap dianjurkan menggunakan analisa simptoma PQRST.
P : Provokatif atau variatif
Apakah yang menyebabkan gejala?Apa saja yang dapat mengurangi atau yang dapat memperberatnya?
Q: Quality atau kualitas
Bagaimana gejala dirasakan?
R : Regional atau area radiasi
Dimana gejala terasa?Apakah menyebar?
S : Skala nyeri
Seberapakah nyeri yang dirasakan dengan skala1-5?
T : Time atau waktu
Kapan gejala mulai timbul?
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan gejala yang berkaitan dengan percepatan metabolisme.Hal ini mencakup keluhan keluarga dan pasien tentang kepekaan dan peningkatan reaksi emosional.Penting juga untuk menentukan dampak dari perubahan ini yang telah dialami dalam interaksi pasien dengan kelaurga, teman, dan rekan kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan kemampuan pasien untuk menghadapi stres.
Status nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan dengan output sistem saraf  berlebihan dan perubahan penglihatan dan penampilan mata.Oleh karena kemungkinan adanya perubahan emosi yang berkaitan dengan hipertiroid, status emosi dan psikologi pasien dievaluasi.Keluarga pasien mungkin memberikan informasi tentang perubahan terakhir dalam status emosi pasien.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga
Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan apakah ada anggota pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh pasien, atau penyakit kronis maupun penyakit keturunan
3.      Dasar Data Pengkajian
a.       Aktifitas / istirahat
Gejala: insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda: atrofi otot.
b.      Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda:disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c.       Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d.      Integritas ego
Gejala: mengalami stres yang berat (emosional, fisik).
Tanda: emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.

e.       Makanan dan cairan
Gejala: kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda: pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f.       Neurosensory
Tanda: bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
h.      Pernapasan
Tanda: frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i.        Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda: suhu meningkat di atas 37,4ÂșC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
j.        Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten
                                                                                          
B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Diagnosa keperawatan
1.       
Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
2.       
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3.       
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan  dengan proses penyakit

C.    INTERVENSI

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi (NIC)
 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Mengenali faktor penyebab.
-          Mengenali serangan nyeri
-          Tindakan pertolongan nonAnalgeki
-          Mengenali gejala nyeri
-          Melaporkan kontrol nyeri
a.       Skala
b.      Ekstream
c.       Berat
d.      Sedang
e.       Ringan
f.       Tidak Ada

-          Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
-          Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
-          Berikan analgesik yang sesuai.
-          Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
-          Anjurkan pasien untuk istirahat.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 2 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
-          Suhu tubuh dalam rentang normal
-          Suhu kulit dalam batas normal
-          Nadi dan pernafasan dalam batas normal
-          Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

-          Monitor suhu sesering mungkin
-          Monitor warna, dan suhu kulit
-          Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
-          Monitor intake dan outputBerikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi
Kriteria hasil :
-          Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
-          BB ideal sesuai tinggi badan
-          Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-          Berikan makanan yang terpilih
-          Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
-          Berikan makanan sedikit tapi sering
-          Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.





BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid. Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid. Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.

B.   SARAN

Semoga materi yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA


Burnner  and  Sudarth,  2001,  Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC : Jakarta

FKUI, 1996,  Jakarta, 1996

Gibson, John, 2002, Fisiologi dan Anatomi Untuk Perawat, Edisi 2, EGC : Jakarta.

Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, 1995

Wilson, Price, 1995,  Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, EGC : Jakarta.